househwa.blogg.se

Novel korea berbahasa indonesia
Novel korea berbahasa indonesia






Her aim was to visit three places where she could examine one aspect of her own nature set against the backdrop of a culture that has traditionally done that one thing very well. Eat, Pray, Love is the absorbing chronicle of that year.

novel korea berbahasa indonesia

In order to give herself the time and space to find out who she really was and what she really wanted, she got rid of her belongings, quit her job, and undertook a yearlong journey around the world-all alone. To recover from all this, Gilbert took a radical step. She went through a divorce, a crushing depression, another failed love, and the eradication of everything she ever thought she was supposed to be.

novel korea berbahasa indonesia

But instead of feeling happy and fulfilled, she was consumed with panic, grief, and confusion. She had everything an educated, ambitious American woman was supposed to want-a husband, a house, a successful career.

novel korea berbahasa indonesia

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya." lessĪ celebrated writer's irresistible, candid, and eloquent account of her pursuit of worldly pleasure, spiritual devotion, and what she really wanted out of life.Īround the time Elizabeth Gilbert turned thirty, she went through an early-onslaught midlife crisis. Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini.

novel korea berbahasa indonesia

Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Roman bagian pertama Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern. Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20.








Novel korea berbahasa indonesia